REFERENSISULTRA.COM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Buton Utara (Butur), turun di lapangan menyerap aspirasi rakyat.
Tentunya, dengan kunjungan reses anggota DPRD Butur rutin dilakukan tiga kali dalam setahun. Sebanyak 20 legislator Butur turun menyebar di daerah pemilihan masing-masing menjaring aspirasi rakyat lalu diperjuangkan di parlemen.
Kegiatan reses pertama Anggota DPRD Butur pada masa sidang pertama tahun sidang 2022-2023 berlangsung selama sepekan, mulai tanggal 9 sampai dengan 14 Februari 2023.
Anggota DPRD Kabupaten Buton Utara, Nasri melakukan reses masa sidang pertama tahun 2022-2023 di Desa Langere, Kecamatan Bonegunu dan Desa Bumi Lapero Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara (Butur), Sabtu (11/02/2022).
Pada kunjungan reses salah satu anggota DPRD Kabupaten Butur Nasri, banyak usulan dan masukan dari masyarakat setempat, baik itu dari bantuan perikanan hingga daerah yang dinobatkan kampung budidaya rumput laut.
Sebagai Wakil Rakyat, Nasri bilang, menjemput aspirasi masyarakat secara langsung adalah hal yang tidak dapat ditawar-tawar. Menurutnya, kegiatan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan – kebutuhan masyarakat, agar dalam pengambilan kebijakan dapat menimbulkan rasa keadilan bersama.
Nasri yang juga merupakan Ketua Partai Demokrat Butur mengatakan, kegiatan itu dilakukan untuk menjemput aspirasi masyarakat yang harus diperjuangkan di legislatif.
Ketika reses di Desa Langere, masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani rumput laut memintanya untuk mendapat bantuan tali bagi petani rumput laut.
Selain itu, masyarakat juga meminta agar Desa Langere untuk nobatkan sebagai kampung budidaya rumput laut. Hal itu karena masyarakat Desa Langere adalah pembudidaya rumput laut.
“Boleh dikata 98 persen masyarakat Desa Langere itu adalah pembudidaya rumput laut,” kata salah seorang warga.
Dikatakan, rata-rata masyarakat Desa Langere yang masih berusia produktif tidak lepas dari membudidaya rumput laut.
Harapannya dengan adanya program kampung budidaya sehingga Desa Langere bisa dinobatkan sebagai kampung budidaya.
Menurutnya, Jika Langere menjadi kampung budidaya, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Terkait dengan hal itu, dimulainya proses pembangunan jembatan yang menghubungkan Langere-Tanah Merah, yang melalui hutan mangrove di desa tersebut.
Ia memprediksi, jembatan itu nantinya akan menjadi salah satu ikon Kabupaten Butur. Tidak menutup kemungkinan ketika Langere menjadi kampung budidaya dan dengan adanya dua ikon Butur di Desa Langere, berarti tidak menutup kemungkinan kedepan Langere sebagai sentral wisata mangrove.
“Jadi harapan kami untuk membantu kami mengawal agar Desa Langere itu bisa dinobatkan sebagai kampung budidaya,” harap warga.
Sementara itu Nasri yang juga Sekretaris Komisi II DPRD Butur ia mengatakan, terkait pengadaan bantuan tali bagi petani rumput laut. Ia mengaku, tidak akan menunggu APBD. Ia akan mengupayakan sesuai kemampuannya. Ia meminta kepada Kepala Desa Langere yang turut mendampinginya untuk mendata warganya yang membutuhkan bantuan tali tersebut.
“Yang mampu saya lakukan akan saya lakukan,” ujar Sekretaris Komisi II DPRD Butur itu,” tuturnya.
Selanjutnya terkait Langere menjadi Kampung Budidaya, Nasri mengatakan, secara topografi Langere sangatlah tepat kalau dijuluki sebagai kampung budidaya.
“Kita sama berharap, untuk kemudian Desa Langere ini dijadikan kampung budidaya,” kata Nasri. (Adv)